BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Tarian Alionda
Tarian Alionda merupakan tarian modern.
Dengan adanya Tarian Alionda banyak yang mau belajar menari. Karena Tarian
Alionda gedung dan tariannya yang sangat
indah bukan cuma itu. Tarian Alionda harus di populerkan karena sudah menjadi
tradisi warga buton utara.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui sejarah dan cara memainkan Tarian Alionda.
Bab II
PEMBAHASAAN
A. Sejarah Tarian
Alionda
Pada masa lampau sekitar lampau 1691 Kulisusu
masih merupakan daerah pemukiman yang kedudukannya hidup secara terpisah - pisah tanpa seorang raja yang ada hanya
kepala suku. Kondisi semacam ini memungkinkan pertahanan dan keamanan masyarakat kulisusu pada waktu
itu boleh dikata tidak ada, sebap sifat kegotongroyongan masyarakatnya pun
tidak Nampak bahkan karena lebih senang tinggal sendiri dan mengelola
tanamanya. Keadaan demikian merupakan pola hidup tradisional masyarakat
pedesaan dimana saja khususnya kulisusu.
Dengan
kondisi yang demikian itu penjajahan di Indonesia makin merajalela yang mana
pada saat itu imperealisme belanda di Indonesia semakin meluas di seluruh
kepulauan nusantara. Seperti kta ketahui kedatangan bangsa – bangsa belanda di
Indonesia pada umumnya adalah untuk mencari rempah – rempah yang sasaran
utamanya seperti Maluku, sebagai penghasil cengkeh dan pala, Sumatra sebagai
penghasil lada, nusa tenggara sebagai
penghasil kayu cendawa dan lain – lain.
Kedatangan bangsa belanda dimaluku tersebar
di pelosok – pelosok Maluku yang juga sampai di daerah Tobelo yang merupakan
awal awal terjadinya kekacauan di kulisusu dan terbentuknya seni Tari Alionda.
Perkembangan jumlah penduduk dengan berbagai
kebutuhan yang harus dipenuhi adalah tuntutan yang alamian dan manusiawi untuk
dipenuhi. Pemenuhan tersebut hanya bias dilaksanakan mana kala masyarakat
terintergrasi dalam bentuk organisasi
yang terpusat pada satu ruang atau
tempat dengan terbentuknya sosial yang
terpusat pada satu ruang atau tempat. Dengan terbentuknya organisasi
social masyarakt kulisusu membawa mereka
untuk saling membawa hubungan komunikasi
yang menciptakan suasana harmonis sehingga dini alam suasana seperti kesenian
alionda itu mulai tercipta, namun pada masa itu kesenian alionda ini belum
bernama alionda permainan ini belum punya nama khusus tapi masih merupakan
permaianan atau pekaraa raha.
Seringkali bila selesai panen mereka selalu berkumpul dan berpegangan
tangan yang di ayun-ayunkan sambil
bernyanyi atau mekabanse. Lama
kelamaan hal ini menjadi suatu kebiasaan.
Keadaan damai dan tentram tidak berlangsung
lama manakala terjadi serangan mendadak bajak laut dari timur yang di sebut tobelo. Pada dasarnya kedatangan tobelo
ke kulisusu karena hasutan dari belanda untuk menguasai daratan buton dan muna
keseluruhan yang pada akhirnya sampai ke kulisusu. Dengan adanya serangan dari
tobelo, banyak masyarakat kulisusu yang jadi korban dan sisanya banyak yang
melarikan diri. Datangnya tobelo ke kulisusu, bermaksud untuk membantai rakyat
kulisusu untuk dipekerkan tobelo.
Kedatangan tobelo di kulisusu atas adudomba
belanda yang mana dari adudomba tersebut
masyarakat tobelo terhasut untuk menyerang sebagian besar buton dan muna yang
akhirnya tiba di kulisusu.
Dengan datangnya tobelo ke kulisusu tidak
mampu membendung ataupun melawan mereka
karena bila dibandingkan dengan tobelo
taraf hidup masyarakat kulisusu masih sangat
rendah dan jumlahnya pun masih sangat sedikit hingga pada akhirnya
rakyat kulisusu harus menerima kekalahan
dan melarikan diri. Banyak masyarakat
kulisusu yang melarikan diri ke daerah wolio (buton), yang mengakibatkan ada beberapa orang di antaranya mereka yang meninggal dalam perjalanan.
Untuk menghilangkan rasa capek, lelah dan
lapar, mereka kemudian mulai menghibur diri dengan bernyanyi dengan lagu
menceritakan tentang keadaan mereka yang sangat menyedihkan sambil terus
berpegang tangan untuk membantu satu sama lain mereka terus bernyanyi,
sepanjang jalan. Didalam lagu mereka tersebut mulai di sebut – sebut nama alionda.
Kata alionda merupakan bahasa kulisusu yang
digunakan oleh nenek moyang masyarakat
kulisusu pada masa lampau yang mengartikan kebersamaan dan kegotongroyongan.
Ketika para penjajah dari tobelo telah
kembali ke daerahnya, masyarakat
kulisusu yang berada di wolio kembali lagi ke kulisusu untuk membangun lahan
baru.
Dalam masa pemerintahan raja La Ode-ode
mulailah berdatangan para mubaliqh islam yang antara lain di kenal dua tokoh
yang langsung datang dari arab yakni syek
saldi rabba atau syarif Muhammad al
idris yang mendasarkan ajarannya dengan syariat islam sebagai landasan
pertama dan jalur ilmu tersebut terikat sebagai jalur kedua. Saluran
islamisasi yang digunakan pada saat mengembangkan islam adalah rabba (biola) sebagai jalur kesenian
kemudian masyarakat kulisusu menemukan gendang – gendang, gong dan lain – lain.
Dan kemudian alat – alat ini di gunakan
pada acara – acara alionda. Kesenian ini sudah mulai mendapat perkembangan yang tadinya permainan alionda tanpa
di iring alat – alat kesenian., setelah
di temukannya gendang, gon dan yang lainnya mulai diiring alat – alat tersebut.
Carano topemae to posusu koka mperiou ariako
to ponsusumo yo songkowulu nomo barisi to pasejajaro ipona tinentukando ariako
yo memaeno ndomulaimo bumasiako koka – koka hako itonia ndopake karundo,
limando atau suereno.
B. Permainan
alionda
1.
Pekoka
Mekoka berarti bermain kerang – kerangan
permainan ini dapat dilakukan baik perempuan maupun laki – laki. Cara
permainannya yaitu dengan menyusun koka (kerang) dan enam deret susunan tempurung
kelapa pada suatu tempat yang telah ditetapkan dengan cara berjejer dan para
pemain mulai melempar buah – buah koka
itu dengan menggunakan kaki atau tangan ataupun anggota tubuh yang lain bila
sudah mengenai salah satu tempurung yang dijejer tadi maka mulai di kumpulkan
dan mulai di kumpulkan dan siapa yang banyak dialah pemenangnya.
Susunan permainan mekoka terdapat 18 susunan
yaitu :
1.
Bhangkoka
2.
Bhawande
3.
Bhampuu
4.
Bhaliu
laro
5.
Bhaliu
bungku
6.
Bhantete
|
7.
Bhaeko
8.
Bhangkubo
9.
Bhalemba
10.
Bhasubdu
11.
Bhadangku
12.
Bhabelenga
|
13.
Bhaenge
14.
Bhamata
15.
Bhakansili
16.
Bhansusu
17.
Bhantapa
18.
bhakancumburi
|
2.
meruu
tuuntete
adegan ini dimainkan oleh tokoh laki – laki
(pemuda) dan tokoh wanita (gadis) dengan jumlah tak terbatas yang memiliki
ketentuan dalam permainan ini hanyalah peran yang dimainkan oleh para tokoh
yakni ada dua orang tokoh yang berperan sebagai penjaga pintu gerbang (beteng)
dan ada satu orang tokoh berperan sebagai punggawa atau kepala pasukan regu
yang masuk menerobos benteng yang dijaga oleh dua orang tokoh tersebut
(taktentu jumlahnya) anak buah atau anggota pasukan yang beramai – ramai akan menerobos lewat pintugerbang mengikuti
punggawa atau kepala pasukan penjaga
pintu gerbang masuk ke tengah arena dan langsung berpegangan tangan secara berhadapan. Panggawa/anak buah
(berdiri di depan penjaga gerbang dan
siap menerobos masuklewat bawah tangan kedua penjaga gerbang yang di umpamakan
sebagai pintu gerbang). Sebelum memasuki pintu gerbang buatan punggawa dan
anakbuah terlebuh dahulu melantungkan syair yang segera dib alas pula anakbuah
yang lain sambil mendengarkan ungkapan –
ungkapan di atas (syair) punggawa beserta anabuah menerobos masuk ke dalam
benteng penghalang melalui pintu gerbang
buatan penjaga pintu gerbang dengan
kedua tangan saling berpegangan. Setiap kali terobosan masuk, penjaga pintu
gerbang selalu berhasil menangkap satu orang anggota regu yakni yang berdiri di
urutan yang paling belakang atau terkhir masuk menerobos pintu gerbang
penghalang setiap anggota yang tertangkap ia berdiri disamping penjaga pintu
gerbang dengan tangan terlipat kebelakan pertanda dia telah terikat tak berdaya
lagi untuk melepaskan diri kemudian satu persatu anggota regu menerobos
tertangkap sampai akhirnya panggawa atau kepala regu ikut tertangkap dengan
tertangkapnya punggawa maka berakhirlah tahap penangkapan terhadap pasukan
penerobos benteng dan pertunjukan beralih
ketahap pembebasan para anggota
regu yang tertangkap atau terikat tadi sebagai tahap pembebasan dimulai dari
atau oleh punggawa yang menarik tangan
salah seorang anakbuah yang terlipat kebelakang sehingga terlepas dari
ikatannya selanjutnya anggota regu yang
sedang ditarik sebelah lengannya oleh punngawa
tadi menarik pula sebelah tangan/lengan anggota dekatnya dan begitu
terus sehingga anggota terbebas dan
berpegangan tangan satu sama lain sambil
berjalan.
3.
Meika
Mula – mula punggawa masuk ketengah arena
berdiri dengan sikap siaga selanjutnya muncul anabuah dan berdiri dibelakang
punggawa saling berpegang pada ikat pinggang panggawa dari belakang kemudian
menyusul pula anakbuah kedua dan berdiri
dibelakang anakbuah pertama tadi sambil
berpegang pada ikat pinggang anak buah pertama. Setelah semua anakbuah berada
dibelakang panggawa bersamaan dengan demikian meningkatnya permainan music
pengiring muncul tokoh asing dan arah depan panggawa dan anakbuahnya kemudian
tersadilah dialog dan adegan dibawah.
Tokoh Asing :
Dhaaho apimiu? Adakah apinya (sikap
mengancam)
Panggawa : naidhaa ! dha sawea – weano yi alao iangkobu
todak ada! Sisa sepotong tapi sudah diam bil langkubo (berbohong)
Tokoh asing :
dhaaho ikamiu adakah ikan miu (sikap
mengancam dan menyelidiki)
Panggawa :
nadhaa! Dha saulu – uluano yialao langkobu tidak ada! Sisa seekor tapi
sudah diambil pula langkobo (berbohong)
Tokoh
lain tidak percaya dan penasaran atas pengakuan panggawa dan majuuntuk
menyasikan atau membuktikan sendiri apa
yang tersimpan dibelakang pangawa. Pangawa dan anakbuahnya tidak setuju dan
berusaha menghindar dan atau menghalang
– halangi tokoh lain tadi dengan cara
menghalanginya untuk dapat melongok ke belakang. Akibatnya terjadilah
pertarungan antara orang asing dan pangawa dan anak buahnya. Pertarungan ini
kemudian berakhir kemenangan dipihak orang asing tadi setiap kali orang
berhasil menerobos ke belakang
barisan dan berhasil atau menepuk punggung atau bahunya di anggap sudah tertangkap
atau kalah dan segera menyingkir ke luar
arena. Demikian seterusnya setiap yang
ada ditepuk bahunya atau
punggungnya oleh orang asing, maka yang
bersankutan tergolong kalah atau
tertangkap dan segera menyingkir keluar
arena. Dengan terangkapnya pangawa dan
beserta anakbuahnya berakhirlah pertunjukan meika.
4.
Petowu –
Penii
Menggambarkan kehidupan petani kelapa.
Permainan ini juga dilakukan oleh satu kelompok berku sebagai kelapa dan satu
kelompok sebagai penebaknya yang menjadi
kelapa akan diberi nama kemudian menebak
akan ditutup matanya dan menebak siapa
nama kelapa yang di dekatnya bila
tebakanya epat maka kelapa itu akan menjadi miliknya dan bila sipenebak akan
mendapat hukuman yang telah ditetapkan sebelumnya (hukuman menyanyi) demikian
halnya permaina petowu juga sama dengan permainan penii permainan ini juga
dilakukan oleh dan caranya yaitu satu kelompok berlaku sabai tebu dan satu
kelompok juga sebagai penebaknya dan permainan ini juga seterusnya sama dengan ketentuan permainan
menii.
5.
Pemanu
Istilah pemanu disini dapatlah disamakan
pengertiannya dengan permainannya dengan permainan ayaman – ayaman. Yang
memainkan permainan pemanu terdiri atas dua regu yakni satu regu kelompok laki
– laki dan satu kelompok perempuan
masing – masing regu mempersiapkan sekurang – kurangnya tiga orang yang
berperan sebagai manu – manu atau ayam dalam permainan ayamam – ayaman daslam
permainan pemanu anggota masing – masing
regu berbaris menghadap keluar atau menghadap kearah penonton. Dengan demikian
antara regu laki – laki dan regu perempuan berkumpul dalam posisi saling membelakangi antara regu laki – laki dan regu
perempuan berkumpul dalam posisi saling membelakangi. Setelah masing – masing
regu yakni bahwa mereka sudah benar benar aman
dari penglihatan pilihan kawan salah satu ketua regu biasanya dimulai
dari ketua regu biasanya dimulai dari ketua regu wanita segera bergerak cepat menutup
dengan sarung salah seorang anak yang telah dipersiapkan oleh regunya tadi,
pada saat ketua regu melakukan tindakan penutup salah seorang anak dari regunya
itu para anggota regu lainya bersama sama mengawasi semua anggota regu lawan
agar jangan diantara mereka yang mesncuri kesempatan berbalik untuk menyaksikan
anak yang ditutup kemudian regulawan (regu laki – laki) disuruh menebak
siapakah gerangan yang ditutupi itu atau dalam permainan ini dikatakan anyam
apakah gerangan yang ditutupi sekarang. Setelah regu lawan atau regu pria
menyebutkan nama anak/manu yang ditutupi itu mereka atau salah seorang dari
mereka diperbolehkan berbalik untuk menyaksikan benar atau tidak benarnya
tebakan mereka regu wanita lalu membuka kain sarung penutup sianak kalau kain
nyata tebakan benar, maka regu wanita lalu membuka kain sarung penutup si anak.
Kalau ternya tebakan mereka regu wanita lalu membuka kain sarung penutup sianak
kalau ternyata tebakan benar, maka regu penebak mendapatkan angka kemenangan,
tetapi tebakan meleset atau benar maka menebak mendapatkan satu angka
kekalahan. Begitu juga dengan perempuannya. Demikianlah adegan tebak menebak
tersebut berlangsung secara bergantian sehingga anggota mendapat giliran untuk
menebak. Pemenang dalam permmainan ini adalah regu yang paling banyak
menebaknya. Akhirnya berakhir adegan pemanu.
6.
Pengkalumba
Adegan Pengkalumba ini rata – rata dilakukan
oleh tokoh wanita ketika adegan meAlionda tengah berlangsung salah seorang dari
pemain kelompok wanita maju ketengah lingkaran dan mengajak salah seorang
pemain wanita lainya untuk bermain kejar – kejaran. Selanjutnya terjadilah
adegan kerjar –kejaran antara pemain wanita 1 dan wanita 2 adegan Pengkalumba
ini meskipun hanya pertunjukan kejar – kejaran biasa tetapi yang sangat
menarikperhatian penonton atau sekaligus adalah pemain pealionda ialah gerakan
pemain wanita atau gadis berkejar – kejaran ditengah linkaran mealionda itu
dalam Pengkalumba wanita/gadis pemain tidak hanya menampilkan kentangkasan atau
kecepatan memburu hewan melarikan juga di tuntut kemampuan lari dengan gerak
seindah mungkin seperti kelincahan dan kegemulaian gerak yang menampilkan oleh
seorang penari hebat.
Adegan kejar – kejaran mula – mula
berlangsung ditengah lingkaran pemain
mealionda selanjutnya lari menerobos keluar lingkaran kemudian kembali
menerobos maju kedalam lingkaran bila pemain 1 (yang diburu ) dapat disentuh
dengan tangan pemain 2 (yang menghibur) maka
itu berarti angka kemenangan bagi pemain dua dengan terkerjanya pemain 1
maka segera terjadi peralihan peran sebagai took yang diburu atau dikejar dan
tokoh atau pemain satu beralih peran menjadi tokoh 1 pemain yang memburu.
Demikian adegan pekalumba yang berlangsung secara bergiliran antara pasangan
yang satu kepasang berikutnya.bila satu pasang pemain pengkalumba telah ingin
berhenti karena lelah misalnya maka segera di usul oleh pasangan berikutnya.
7.
Manca
Cara permainannya yaitu salah seorang laki –
laki yang merasa memili kemampuan bela diri dari kampong tertentu atau dari
perguruan tertentu masuk ketengah lingkaran mealionda dan memainkan serangkaian
gerak silat yang disebut “bunga” dan
kemudian disusul pemain lain dan pertunjukan “bunga” silatnya kemudian terjadilah pertarungan antara pemain 1 dan
ke-2 tadi saling menyerang dan menangkis. Selanjutnya iakhiri dengan
pertunjukan bunga – bunga silatnya mereka masing – masing seperti saat masuknya
pertama tadi, kemudian mereka keluar dan bergabung dengan penonton dan segera
di gantikan dengan pasangan lainnya. Begitu terus sampai permainannya selesai.
C. Permainan
alionda (bahasa daerah)
1. Pekoka
Pertama –
tama tou nao songkowulu I wita ariako alao koka na’o I karu ariako usubalako.
Ariako beto wande, beto baumpu, beto bahiularo, beto bangkubu, betonao koka I longole, beto baaku, beto
balemba, babelenga, bama enge, bamata, basuu, bakasi, bacundu, ako totake.
Ariako iko to popoikoho songkowulu. Ariako topinai igalako topopusu. Ise
pusalako songkowulu the ako koka ukenio. Ariako samiano ilako kumenio
songkowulu the koka. Ariako inao iko ina omo songkowulu saarino to pone
songkowulu ariako toba pencuri.
2. Petodo
Pertama –
tama to pebage orua kelompok ariako toponamo batobotomo iko do orua mia
jumagaio ariako topokuaniwalito beto topinai ako tokahako inda akogeindah
misaino walele. Ariako iko to Basulemoiwalito hako. Ariako kelompok sadenodo
pinai aiako agau tohio inda mak – makora ariako to gau todo
3. Menii
Pertama –
tam to usu ilaro lapangan ako laro lapangan iko daho yo keu. Yo keu iko bato kenio
ako daho walinto, ako to ompole. Sa arino iko to pengkeni ikeu daho tumeleuno
iko ipekeni rapto ariako bei gau “nii
hapa ai?”. Nii memea dainomo ai, kao ya ai nii hapa ai nii macua dainomo
ai. Nii hapa ai nii mingura dai nomo ai ako do padisio rapado.
4. Metowu
Pertama –
tama tou to tade sawulu kita ako daho umusuno walito de arua ariako do kerusio
karu. Saarino iko totoromo i wita. Saarino iko to usumo metowu ako limato to
lipat o. ako lima mo nao cumundai miri lima moiri nao motowu hapai ai towu daa
yo totonomo ai, towu hapa ai towuangka polopa yo totonomo ai.
5. Susu dakula
Pertama –
tama usumo ilaro lapangan ako te waliu, ariako ukenio bajuno waliu. Saarino
ulagu susu dakula kunta bio – bio no manu kinano adeanto kanaoburano buso
painda kinau ka bio – bio no opa panda
kakano kaboto – botono wambe ako usu ilimano mia montona.
6. Rurunteete
Rurunteete ingkomiu
lipu hapa inkai lipu katondole katondo kabuto komiu sahapa miu sakue picu
doridi ainaio inkai lakeba gandu.
7. Meua – ua
Pertama –
tama tou to usumo ilapangan ako I
lapangan iko daho mia moonto. Ariako do usumo walinto, ariako walinto iko
ikenio rapato yo walinto, ariako iko rapanto duka ikenio rapato. Ariako do
gesaho woto the kaboketo ariako gumensaho I lapangan.
8. Meika
Carano memae
meika pertama tou to poatasi pungawa arena beto jaga – jaga ariako bendo susui
omo walihakonto (anggotanto) bendo tade I mbuino punggawa bendo pengkeni I
tongano punggawa minai mbui. Ariako bendo su omo kooruano bendo tade e imbuino walindo itonia
beipengkeni itongano walino pertama
itonia kadimo ngka iko sampai ari.
D. Nyanyian
Alionda
Alionda laaya
Aaliy yoonda
Tasampe sampetalao
aanja
Jongka sitela
Arabaa sibala
aaya
Arangko oopa
Pala apalaaka
Kopa lampeesa
Guluma talaaga aalumaata
Taganjo ganjo
layaabby
Laby by maata
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tarian alionda merupakan peninggalan budaya
pada masa lampau yang sampai pada saat
ini masih tetap dijaga kelestariannya
sehingga kita dapat mengetahui bahwa kesenian tarian alionda merupakan kesenian tradisional yang sangat membudidayakan.
Adapun pelaksanaan kesenian tarian alionda
yaitu sebagai berikut :
1.
Tarian
alionda sering dilaksanakan pada peringatan atau dalam menyambut hari – hari
besar agama islam seperti hari raya idul
fitri dan hari raya idul adha;
2.
Tarian
alionda diadakan ketika tamu – tamu pemerintah atau tamu agung lainya sebagai
tandapengharmatan dan penghargaan bagi yang datang menginjakan kakinya dibaruga
(kulisusu)
3.
Antisiasinya
masyarakat kulisusu secara umum untuk menonton atau menyaksikan Tarian alionda bukan hanya mereka tetapi para
pendatang baik dari local dalam negeri maupun luar negeri yang ingin melihat
Tarian alionda karena terliahat para wisatawan asing sering meminta untuk di
pertontonkan Tarian alionda
4.
Dalam
pertunjukan – pertunjukan kebudayaan Tarian alionda sebagai pembuka dan penutup
pada acara – acara lain.
Adapun pelaksanaan kesenian Tarian alionda
merupakan lambing kebesaran masyarakat kulisusu pada masa lampau yang sampai sekarang sekaligus
kebanggaan bagi masyarakat kulisusu. Tarian alionda memang sebuah tarian yang sangat menarik dan unik sehingga dapat
memukau jiwa bagi yang melihatnya sehingga tidak heran kalau Tarian alionda
menjadi tempat untuk membangun interaksi yang baik. Apa yang dituliskan pada
lembaran tulis di atas.
B. Saran
Dalam penyusunan makala ini kami menyadari
bahwa banyak terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatanya membangun guna kesempurnaan dalam
penulisan makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar